What's done in the DARK will surely come to the LIGHT :)

Rabu, 29 Februari 2012

Me-Time

Well, here I am. Sitting alone in the corner of a coffee shop. Ehm.. Lebih tepatnya kedai kopi yang menjadikan donat sebagai menu unggulan. This is my payday and... It's me-time :)

Persis di samping kiri gue sekarang terdapat sebuah lampu Nakas, yang setelah gue perhatikan beberapa detik, ternyata lampu tersebut adalah satu-satunya penerangan yang dijadikan penopang untuk memberi terang ruang di smoking area, tempat dimana gue berada sekarang sambil menikmati seruput demi seruput Mochebella yang gue pesan. A cuppa hot Mochabella, cangkir manis itu kini menjadi pemanis bagi meja kayu bulat kecil di hadapan gue. Lampu Nakas berbohlam kuning temaram, lagu Home - Michael Bubble, sepotong donat glassy, dan 2 kantung berwarna cokelat yang di sisi depan belakangnya terdapat beberapa rangkaian kata membentuk 1 kalimat manis "Nature's way to beautiful", lengkap juga dengan beberapa helai tisu khas dari kedai tersebut yang di atas tisunya bertuliskan "Nothing is sweeter than the togetherness we share", semuanya membuat keadaan menjadi lebih nyaman. I don't wanna go anywhere. Just sitting here and enjoying me-time. That's all I want to do right now. Walaupun lagu Home semakin lama semakin terdengar seperti lagu yang sengaja diputar untuk mengusir gue agar segera pulang dan meninggalkan zona nyaman ini.


Q: Loh lo ngerokok, Dil? kok duduk di smoking room?

Actually, there is no cigarette on my round table. And as i know, there's no rule for people who doesn't smoke sitting in smoking room.


Q: Loh terus kenapa lo memilih duduk di tempat yang bisa menjadikan lo perokok pasif?

Gue memilih tempat duduk ini karena berawal dari rasa ketertarikan gue akan lampu Nakas yang memiliki ukiran-ukiran seperti ukiran pada zaman klasik yang terpahat pada kakinya. Ukiran-ukirannya jelas tidak terlihat dari pintu masuk. Dari kejauhan hanya terlihat bentuk kakinya yang jenjang, warnanya yang anggun, dan cahaya kuning redup dari warna bohlam-nya cukup membuat gue bisa menyimpulkan bahwa di sana, di sepanjang kaki jenjangnya ada pahatan ukiran zaman klasik yang membuatnya berbeda dan nampak lebih anggun daripada lampu-lampu yang lain. I don't even have idea about passive smoking effects. I just wanna be here. And i don't wanna think about anything else. Dan benar saja, gue merasa nyaman duduk di sini. Cahaya lampu yang sejuk seolah-olah menenggelamkan gue dari kesibukan kota di luar sana. I just found my "Nature's way to beautiful."

Q: Kenapa Mochabella? Kenapa bukan Green tea?

Jawaban untuk pertanyaan ini sekaligus menjawab pertanyaan "what the hell am i doing here? Why not spending money in a truly coffee shop? Are you really not craving for donuts? Where are you actually? And the answer itself just has 8 letters, 3 words, and 1 action... i miss him. So here i am. Feeling his presence in a cup of Mochabella. Dan karena hanya di kafe ini yang menyediakan Mochabella yang disukainya. And you know what's the hardest part of missing friend? It is not his absence. It's when you think of all those good times and ask yourself, 'will those moments ever happen again?' just like those tissue said "Nothing is sweeter than the togetherness we share" Now, what i see is... He has choosen to stop what we used to do. Maybe, now... he continues it with another one. It's fine for me, that's your choice. And this is my way to decide my choice: delete all the feelings for you by enjoying your favorite beverage. You're not who you were i knew. I don't know who you are. And i just miss when you were with me. Not when you're with her.

Sempat terbesit rasa sedih sedikit, namun segera tersapu dengan suara lirih dari dalam kepala, "hey, wanita yang baru saja bertambah usia, tidak ada alasan untuk bersedih hari ini, lihat lampu Nakas itu, dia sendiri di ruangan ini bergerumul dengan asap-asap namun tetap cahayanya sejuk dan rasa hangatnya tidak membuat pengap bukan? Cahayanya mampu menerangi semua sudut di ruangan ini. Bahkan mampu menarik hatimu untuk duduk di dekatnya. Lihat meja kecil bundar di hadapan mu. Tadinya kosong, sama saja dengan meja-meja lainnya. Tapi ketika kamu memilihnya kemudian meletakan cangkir cantik di atasnya, dia terlihat berbeda dengan yang lain. Lebih berisi dan berwarna. Itu berkat kamu yang memilihnya kemudian membuatnya berbeda dan nampak jauh lebih baik. Teguk saja lagi Mochabellanya, biarkan tiap seruputnya membuat cangkir tersebut kosong sedikit demi sedikit. Pahit ya rasanya? Tapi ada efek hangat yang melegakan bukan setelah minumannya habis? Tujuan peracik kopi, pendesain dekorasi, adalah untuk membuat pelanggan nyaman, jadi rasanya tidak pantas dijadikan tempat untuk bersedih. Ayo mana senyuman mu?" Gue meraih Blackberry, lalu tersenyum menatap layarnya. Tidak ada apa-apa di layarnya, hanya ingin tersenyum saja, biar tidak dianggap gila tersenyum sendiri tanpa alasan secara tiba-tiba. Dan seketika perasaan lega.

Oh oke, sepertinya kedai ini sudah mau tutup. Satu persatu para pelayan merapihkan meja dan kursi. Satu persatu para pelanggan menuju pintu keluar. Tapi gue pribadi masih ingin berlama-lama di sini. Nyaman didekap cahaya dari lampu klasik yang terpancar. Bayangan dia pun lama-lama memudar ikut tertelan bersama Mochabella yang gue seruput perlahan-lahan. Dan kemudian datang 2 orang pegawai kedai tersebut sambil membawa cangkir dan meletakannya di atas meja bundar gue. Mereka tersenyum kemudian menyapa, "Mbak, masih mau di sini? Kami ada minuman baru terbuat dari Green tea." Lalu giliran yang satunya berkata, "Kayaknya Mbak menikmati banget duduk di sini sendirian. Cobain nih Mbak Green tea hangatnya."Sempat berfikir ini sebuah modus baru dalam dunia kriminal. Mereka bisa saja sudah mencampur racun ke dalam minuman yang baru gue kenal. Tapi rasanya pikiran itu terlalu negatif dan dangkal. Gue senyum dan mengambil sedotan bekas Mochabella lalu menggunakannya untuk menyeruput Green tea. Cukup satu seruputan untuk menghindari apa yang sejak awal gue khawatirkan. Dan memang, rasanya cukup menghangatkan. Mungkin karena baru dihidangkan. Jadi hangatnya juga masih sangat berkesan. Gue mengucapkan terimakasih lalu beranjak pergi meninggalkan semua zona nyaman yang sempat sebentar dirasakan. Satu persatu dari pelayan kedai menghadiahkan gue sebuah senyuman. Ah terimakasih. :)

Di Halte TransJakarta, gue mendapatkan lagi sebuah senyuman dari seorang penjaga tiket yang sedang sibuk menghitung uang pendapatan. Dalam kesibukannya dia masih sempat bilang, "Baru pulang Mbak?" kemudian memberikan gue senyuman. Melihat senyum yang ikhlas, tidak terbesit rasa malas untuk membalas juga dengan senyuman, "iya Mas, duluan." Bahagia itu sederhana. Senyum itu mudah. Tidak perlu ada senyum yang dipalsukan. Cukup merasa bersyukur karena hal sekecil apapun yang kita lakukan, kadang tanpa disadari memberi efek besar kepada sekitar. Ah semoga sifatnya bukan sementara, tapi bisa terjadi berulang-ulang tanpa paksa di setiap kala.

3 komentar:

Anonim mengatakan...

NAH! Gue suka banget sama tulisan ini. Beda sama tulisan-tulisan loe sebelumnya. Enak, loh, dibacanya. Semoga lebih sering nulis tulisan kayak gini, yah, Dil. Walaupun, ya, terserah loe juga mau nulis apa di blog loe, hahaha. Seneng sama deskripsi tempat loe, gue jadi berasa ada di sana juga, nikmatin suasana sama loe. :D

zeedria mengatakan...

agree sama alvin. beda banget ama yang sebelumnya. :)
well i do love anything you write afterall hehe

zeedria mengatakan...

agree sama alvin. beda banget ama tulisan2 lo sebelumnya De. hehehe
well, i still do love everything you write De. hehehe
:*