What's done in the DARK will surely come to the LIGHT :)

Jumat, 04 November 2011

Putih Hitam = Nahan Pipis!

Gue baru saja keluar dari ruangan berukuran 4x4 yang bersuhu 20 derajat celcius di dalamnya. Ruangan tersebut adalah ruangan kerja tim kami, Mata Najwa. Saat itu di luar juga sedang hujan. Kebayang dong dinginnya kayak gimana? Jaket tebal berlambang Burung Elang di bagian dada kiri gue bahkan nggak cukup untuk menghangatkan badan. Walhasil kerjaan gue malam itu nambah, bolak-balik ke kamar mandi yang ada di lantai 2. Bahkan mau pipis pun gue harus naik eskalator dulu. Karena ruangan kerja kami terletak di basement yang notabene nggak ada WC khusus wanitanya.

Di eskalator gue bertemu dengan PA dari program sebelah (sebut saja nama programnya program Bunga dan si PA kita sebut Anggrek)

"hey Mbak Anggrek, sibuk banget nih kayaknya" sapa ku cengar-cengir sambil menahan pipis yang sudah di ujung tanduk.

"hey Dit" balasnya dengan muka ditekuk bak penuh tekanan. Mungkin dia juga sedang nahan pipis.

"Dit, gue mau bincang-bincang sama lo dong" katanya lagi. Kali ini wajahnya serius dan antusias.

"Aku Dila mbak, kok daritadi Dit Dit mulu sih" agak geregetan juga dengernya ketika ada orang yang salah manggil nama gue, "nanti dulu yah, Mbak, aku kebelet pipis banget nih" sambil goyang kanan-kiri agar si pipis nggak keluar.

Sambil menarik tangan gue dia berkata, "halah sebentar doang juga, yuk ke atas dulu lantai 3"

Gue yang merasa nggak enak nolak akhirnya mengiyakan ajakannya itu karena toh palingan cuma 5 menit doang paling lama.

Di belakang kami ada 3 orang satpam yang sedang membawa 3 dus yang penuh berisi buku-buku. Mereka mengikuti Mbak Anggrek yang berjalan menuju gudang untuk menyimpan dus-dus tersebut.

"Waduh belum dibuka pintunya, bentar ya nyari kunci dulu. Dil lo jagain buku-bukunya ya" perintahnya sambil berlari kecil memasuki studio.

Rasa kebelet pun semakin menjadi-jadi. Suasana kayak gini paling pas kalo sambil dengerin lagu 7 icons "GAK GAK GAK KUAT, GAK GAK GAK KUAT, AKU GAK KUAT NAHAN PIPIS PIPIS!!!" Nggak berapa lama kemudian datenglah si Mbak Anggrek dan menyuruh gue untuk duduk di sofa.

Tampang Mbak Anggrek semakin suram. Dia mulai menceritakan kegelisahannya dengan suara minim (baca: kecil sekecil suara tikus kejepit)

"gini loh Dil. Gue kok ya ngerasa digantungin gini sama perusahaan. kontrak gue udah abis tapi kok nggak ada kejelasan untuk stop atau continue. Lo kan udah pengalaman di HRD, menurut lo itu kenapa, Dil?"

Dalam hati gue yang terdalam menjerit, "INI ORANG PASTI MAU CURCOL. PASTI LAMA. APA KABAR PIPIS GUE???".

Lepas dari masalah kebelet pipis ini, sebenernya masalah gue yang lain pun gak jauh beda sama si Mbak Anggrek. Kami senasib sepenanggungan sebagai pegawai Putih Hitam. Tenaga kami jor-jor-an dipakai dengan upah minim (tapi freelance di sini gajinya udah paling lumayan banget dibanding perusahaan lain loh). Ya maklum, namanya juga perusahaan, mereka pasti tidak mau rugi dengan mengeluarkan biaya besar untuk kami para Freelancers. Selain itu, tidak adanya evaluasi yang jelas yang memungkinkan kami untuk diangkat menjadi karyawan di sana. Pendek kata, status kami masih abu-abu. Namun setahu gue, sekarang memang banyak perusahaan yang lebih memilih untuk menggunakan tenaga Freelance daripada langsung mengangkat sebagai karyawan.

"Sabar, mungkin nanti kalo ada yang kosong kita diangkat jadi karyawan. Ambil ilmunya aja dulu sekarang dan patokin waktu mau sampai kapan kita di sini" Kata gue sembari senyum dan tetap menahan pipis.

Mbak Anggrek menyanggah, "Bukan gitu loh, Dil. Gue cuma butuh kejelasan kontrak gue sampai kapan gue di sini karena udah abis kontraknya, bla bla bla" *mohon maaf sodara, gue sangat sangat kebelet pipis dan yang terdengar di telinga gue cuma teriakan dari dalam diri "KEBELEEEET. MAUUU PIPIS. LAGIAN KENAPA NGGAK DARI AWAL PAS SIGN IN KONTRAK DITANYA KEJELASANNYA KALO ADA YANG KURANG JELAS DARI SURAT KONTRAK?!"

Gue memotong curhatnya, "Mbak aku kebelet banget deh" sambil mengglosor duduk di lantai.

"Halah lo, Dil ada-ada aja! tahan dulu lah, gue cuma mau sharing sebentar aja" Katanya dengan muka menyepelakan. Okeh, gue coba tahan sekali lagi.

"yaudah mbak, minta kontrak baru atau tanya aja ke orang HRD dan Bos nya Mbak kalo kontraknya Mbak itu akan diperpanjang atau tidak" kali ini gue membetulkan posisi gue kembali duduk di sofa.

"Udah kali bos Ditaaa, bla bla bla" dia tetep loh yaaa manggil gue DITA!!!

"DILA mbak, aku Dila" kata gue pasrah sambil mengangkat kaki ke sofa, masih mengusahakan diri agar tidak pipis di celana.

"iya beda tipis nggak apa-apa lah. Lo kan orang HRD, Dit. Gimana menurut lo? katanya sambil mengotak atik HP nya.

"Kerja aja dulu, Mbak. Kasih yang terbaik dulu. Mungkin masih dalam proses pembuatan kontrak baru" kali ini gue menurunkan kaki gue dan menyilangkan kaki kanan ke kiri guna menahan pipis.

"Ya gue sedih, Dil. Pacar gue bla bla bla... Gue mau bisnis aja kalo begini caranya, bla bla bla" dia menatap gue sedih tapi kadang-kadang senyum ketika menceritakan tentang cita-cita ke depannya bersama calon suami.

Oke, gue nggak ngerti lagi kenapa orang ini ujung-ujungnya malah curcol masalah cintanya. Gue-Nggak-Tahan-Pengen-Pipis. Gue pun berdiri dan menyetop pembicaraannya, "Mbak, Aku kebelet pipis banget, ijin bentar ke kamar mandi yeeeh!" tanpa menunggu jawabannya, gue langsung ngacir ke kamar mandi.

Sayup-sayup terdengar dari belakang, Mbak Anggrek teriak "Dita, nanti kita lanjut via telpon yah kalo gue mau nanya-nanya". *kayaknya besok gue harus pake name tag gede tulisannya "DILLLA with L not T!"

Sekeluarnya dari kamar mandi dengan perasaan lega dan plong, gue berjalan santai menuju ruangan kerja lagi. Sepanjang jalan gue berfikir, ini gue yang terlalu cuek dengan status Freelance atau terlalu bodoh dan menutup mata dengan status itu. Banyak orang mengeluh tentang status Freelance mereka. Tapi kenapa sampai detik ini gue masih nggak terlalu mempermasalahkan status itu? Gue nyantai dan gak terlalu menggebu untuk berganti seragam biru. Nggak terlalu memikirkan bukan berarti tidak memikirkan sama sekali loh ya. Gue cuma berfikir, kerja, dapetin ilmunya, targetin waktu setahun, kalo nggak diangkat jadi karyawan langsung cabut, at least gue udah punya pegangan ilmu dari perusahaan ini bekal gue ngelamar kerja di tempat lain dengan posisi lebih tinggi dari sekarang. Ya kalo pun diangkat berarti itu rejeki.

Dan seperti yang dikatakan nyokap juga ketika gue mulai merasa jenuh dengan kerjaan gue dulu, "Kerja tanpa pamrih apa-apa dulu. Kejar ilmu dan pengalamannya. Nanti kalo emang bagus, Allah pasti ngasih posisi yang lebih baik dari sekarang kok. Orang-orang juga akan melihat usahamu. Kalo memang kerjaan sekarang nggak bikin kamu berkembang, coba beranikan diri cari tantangan baru". Dan ya, gue pun akhirnya dipindahkan ke Mata Najwa. Di sini pun kerjaan gue masih sebatas ngurus administrasinya. Namun gue harus akui, administrasinya jauh lebih banyak dan ribet apalagi masalah budget dan LPJ. Masalah keperluan narsum dari mulai Antar Jemput, Penginapan, Tiket Pesawat, Makan, Wardorobe, Off air, dll pun gue yang urus. Banyak pengetahuan umum juga yang gue dapetin dari membaca hasil risetan para tim riset dan debat antar producer. There's a lotta fun fact i got here. Bertemu dengan banyak narsum dan salah satunya Goenawan Mohammad itu sesuatu banget loh!!!

(gue juga nggak mau lah ya terus-terus-an ngurus admin tok. Mau belajar proses edit gambar juga. Slow but sure jadi tim researcher, reporter, assprod, and finally producer. Perjalanan masih jauh sodara-sodara. Dan semua harus bermula dari bawah. Staff Produksi. Pffftttt!)

Kalo mau dianalogikan. Ini sama halnya kayak kondisi nahan pipis. Rasa kebeletnya emang gak enak. Semua yang kita lakuin jadi kayak serba salah. Tapi kita harus tetep nahan karena adanya sesuatu yang membuat kita menahannya. Tapi kalo udah bisa keluar dari situasi yang menahan kita untuk pipis, kita bisa lari ke tempat yang kita tuju dan kita bisa keluarkan apa yang udah kita tahan, rasanyaaa plong. Jadi kayak gak ada beban lagi (Sumpah ya ini gue sotoy banget analoginya. hahaha)

hemmmm well guys, Man Shabara Zhafira aja. Rezeki dateng dari atas. Orang-orang itu cuma sebagai penyalurnya aja. Tuhan merupakan Bos sesungguhnya dan Dia sangat objektif.

Dear God, if i couldn't have what i love, please let me love what i have now :)

happy working guys. Cheers!

Tidak ada komentar: