What's done in the DARK will surely come to the LIGHT :)

Selasa, 27 Oktober 2009

5 di selasar gedung 4

Kabar duka datang dari Padang, gempa lagi-lagi merenggut korban jiwa di sana. It made me think. Kenapa akhir-akhir ini sering terjadi gempa? belum pulih nasib korban di Tasikmalaya sekarang bertambah lagi di Padang. Dan nggak hanya itu, banyak juga orang-orang yang nggak terduga meninggal di tahun ini seperti Michael Jakcson, Mbah Surip, W.S.Rendra, Noordin.M.Top, dan terakhir yang paling bikin gw kaget dan menyadari kalau kematian itu nggak bisa dihindari adalah kematian sahabatnya temen gw. Well, men, dia masih 20 tahun dan dia sudah harus pergi selamanya secepat itu. And you know what? sebelum dia meninggal, dia sempet ikutan kuis di facebook "found out the Death's Time" dan disana tertera kalau dia meninggal karena kecelakaan mobil. Dan bener aja, dia memang meninggal karena kecelakaan mobil. Mungkin kita berfikir ini hanya sebuah kebetulan tapi kematian itu sendiri nggak datang hanya karena sebuah kebetulan. Selama ini kita terlalu sibuk memikirkan ke-eksis-an diri untuk mendapat pengakuan dari orang-orang, sibuk dalam urusan jatuh cinta, sibuk untuk bercanda, tertawa, bergosip, menghujat kekurangan orang lain, memikirkan karir dan prospek ke depan. We forget about death. Dan ketika itu terjadi kita baru sadar bahwa kematian benar-benar terjadi kapan pun, dimana pun, dan oleh siapa pun tanpa memandang umur.

dan di selasar gedung 4, we talked about it.

salah satu temen gw bilang, "gw pernah kecelakaan mobil. Dan kalo mengingat kondisi mobil pada saat itu, i can't believe that i'am still alive. Dua hari setelahnya, gw megang-megangin rambut dan merasa ada seuatu di kulit kepala and you know what i got? pecahan kaca mobil. gw benar-benar bersukur gw masih bisa hidup."

teman gw yang lain bilang, "kadang gw ngerasa, masa hidup gw di dunia ini cuma sampai sebelum wisuda. Lo tau kan kalo orang yang mau meninggal suka merasa sebelum 40 hari kematian itu datang?"

teman yang lain ikut berkomentar, "iya gw tau, dan gw juga sering merasa kalo umur gw gak akan lama lagi. Dan sebenernya gw sedang merasakan hal itu sekarang. Nggak tau kenapa dari kemarin gw selalu ngomongin kematian-kematian-kematian
dan kematian lagi."

teman gw yang mengalami kecelakaan mobil mengomentari, "setau gw kalo orang mau meninggal ngomongnya ngelantur dan selalu melakukan hal yang aneh."

teman gw yang merasa masa hidupnya sampai wisuda menyetujuinya sambil berkata, "maaf ya teman-teman kalo selama ini gw banyak salah sama kalian."

dan kali ini gw yang berbicara, "udah ah jangan ngomong gitu. Tapi kadang gw pengen egois, i wanna die first before people that i care for, so that i don't have to feel so fucking sad!"

teman gw yang sejak tadi hanya berdiam diri mulai berkomentar, "iya sih bener, jadi kita gak perlu nangis, gak perlu ngerasain gimana sedihnya kehilangan orang yang kita sayang, terutama keluarga"

semuanya saling mengangguk dan berkata "bener lo!"

"gw kadang penasaran deh, klo gw meninggal banyak orang yang ngelayat gak ya? banyak orang yang nangisin gw gak ya?" kata salah satu dari kami berempat, anggap saja namanya A.

lalu B mengomentari, "yang pasti gw akan nangis kalo harus kehilangan teman-teman gw"

dan C berkata "gw mau mati secara spesial, jadi gak gampang dilupain orang. Maksudnya, gw mau ngasih sesuatu yang spesial buat semua orang di sekitar gw. Gw gak mau ninggalin nama doang yang pastinya bakal hilang dan pelan-pelan akan dilupain sama orang-orang."

"Waktu gw baru lahir, bolehlah gw nangis dan orang-orang merasa bahagia dan tertawa menyambut kedatangan gw. Tapi gw mau ketika gw meninggal, orang-orang yang nangis dan gw yang bahagia dan tertawa karena udah damai di alam sana" kata si D.

si E menambahkan, "gw mau kuburan gw ntar gak cuma dikunjungin pas puasa atau lebaran doang. Gw gak mau dilupain. Gw mau mereka tetap menjenguk gw ke kuburan dan ngasih bunga, tanahnya disiramin air, dikirimin doa juga pastinya."

and then, kita semua diam.

oke, hari semakin malam dan kami memutuskan untuk segera pulang. But wait! gw merasa ada sesuatu yang menarik tentang pakaian tiga teman gw, "eh itu baju yang kalian pake kok sama kayak waktu kita ke Anyer ya? kemeja sama daleman kaos gitu kan?"

Lalu teman gw yang lain agak berteriak, "LOH KITA BERLIMA JUGA KAN YANG WAKTU ITU SAMA-SAMA PERGI NGETENG KE ANYER?"

i hate when i...

aku benci selama ini selalu gagal membuat kamu bertemu dengan kata tamat.

pernah suatu saat, aku ingin mempertemukan kamu dengan kata tamat. tapi setiap aku akan melakukan itu, kamu datang lagi dengan menawarkan cerita-cerita baru dan jujur aku cuma sanggup mempertemukan kamu dengan kata bersambung, bukan tamat. aku masih ingin terus menunggu cerita-cerita baru dari kamu. dan aku benci itu.

aku benci ketika aku harus bertanya-tanya cerita apa yang akan kamu tawarkan untuk ku hari ini. lalu kemudian aku pasti akan menebak-nebak apa arti dari cerita kamu. kemudian aku dengan penuh rasa percaya diri akan menyimpulkan arti cerita itu memang khusus kamu buat untukku. dan aku benci ketika aku harus merasa sepercaya diri itu.

malam itu, ketika kamu dan senyum yang hanya dimiliki oleh kamu menghampiriku ketika aku sedang duduk-duduk di ruang alam yang menyediakan bulan dan bintang sebagai penerangnya. dan saat itu aku berusaha mengeluarkan semua simpanan cerita-cerita lucu yang kupunya agar kamu tertawa, mmmh well, membuat people that we care for ketawa katanya bisa jadi senjata buat menarik perhatian orang tersebut. and i did it. dan aku benci ketika aku berhasil membuat kamu tertawa. you know? it seems like there's no tomorrow when we laugh together. dan hal itu harus segera berakhir. that's why, aku benci hal itu.

aku benci ketika tangan kita bersentuhan karena itu membuatku deg-deg-an. yaa, untung saja kamu tidak tahu kalau sebenarnya aku sangat salting. dan ketika kamu duduk di sampingku, hal itu membuatku hafal dan menyukai aroma parfum kamu. i swear, i hate when i'm being with you. why? aku harus menjaga sikapku di depan kamu. menjaga agar semuanya sempurna, berusaha untuk mengontrol bibir dari keinginan senyum-senyum sendiri karena perasaan melting ketika kita berdekatan. berusaha untuk selalu tertawa ketika kamu ber-joke ria. sekalipun itu jayus. dan aku benci rasa itu.

aku benci akan semua hal yang ada pada kamu, yang seakan-akan tanpa cacat, you're so perfect (for me). aku benci ketika aku mungkin saja rela tidak tidur semalaman hanya untuk memikirkan kamu. memikirkan semua hal yang aku lewatkan dengan kamu. sekalipun hal itu hanya sebatas bertegur sapa. dan ketika aku tidak bisa tidur, aku benci karena harus ditemani lagu-lagu kesukaan mu.

oh God, aku benar-benar benci ketika aku harus mengaku kalau aku jatuh cinta. dan aku benci karena baru saja menulis bagian itu pada notes ini, untuk kamu.

dan terakhir,
aku benci ketika tiba waktunya untuk kamu bertemu dengan kata tamat

Senin, 07 September 2009

de wolken - langit

aku sedang asik bermain mobil-mobilan di kamarku dengan masih mengenakan pakaian kesayanganku yang bergambar spiderman. kemudian dari arah pintu, Ibu datang menghampiriku lengkap dengan senyumnya yang hangat. Dia menjulurkan tangannya padaku dan segera saja aku meraih tangan yang berjari lentik itu. Lalu dia menggandeng tangan kecilku yang masih memegang mobil-mobilan. Sambil berjalan ke luar, dia tersenyum sangat manis dan berkata,

"kamu tahu? kita akan bermain di padang rumput yang luaaaaas sekali dengan langit sebagai atapnya dan rumput hijau sebagai lantainya"

Dia menatapku dengan senyuman mengejek. Ya, tentu saja senyum ejekan itu muncul karena Ibu tahu bahwa aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang baru saja dikatakannya. Ditambah lagi raut muka ku yang datar dan lugu ketika mendengar ucapan ibu. Tapi dia tidak membiarkanku berlama-lama dalam kondisi kebingungan.

"pokoknya kamu dapat bermain dengan bebas di sana, tanpa tembok-tembok kekar yang biasanya menjadi penghalang kalau kamu bermain di rumah."

setelah kurang lebih memakan waktu setengah jam perjalanan, Ibu dan aku sampai di padang rumput yang ternyata, wooow sangat hangat dan luas sekali. Matahari yang bersinar sore itu memantulkan warna rumput yang hijau. mmmmhhh... aku sampai harus memejamkan mata dan menarik nafas panjang untuk menikmati cuaca yang hangat lengkap dengan bau rerumputan yang segar. kemudian Ibu berjalan sambil tetap menggandeng tanganku. Saat itulah aku sadar bahwa aku sudah meninggalkan mobil-mobilanku di dalam mobil Ibu.

Setelah menemukan tempat untuk beristirahat, kami duduk di atas rumput yang bergoyang tertiup angin. Lalu Ibu berbaring di atasnya. Aku pun mengikuti Ibu berbaring di atas rumput. Ku lihat Ibu sangat menikmati awan-awan yang bergerak di atas sana, kemudian dia menatapku sambil tersenyum dan bertanya,

"apa yang kamu lihat di atas sana?"

Aku terus menatap ke langit berusaha mencari jawaban atas pertanyaan ibu. Aku hanya melihat segumpalan awan putih yang berarak dan terkadang menutupi matahari. Tapi untuk apa Ibu bertanya demikian kalau jawabannya pun sudah pasti dapat dilihatnya sendiri. Pasti jawabannya bukan hanya segumpalan awan tapi lebih daripada itu. Aku pun memejamkan mata. Berharap setelah aku membukanya kembali, ada hal lain yang dapat aku lihat di atas sana. tapi percuma, aku tetap hanya melihat segumpalan awan. Lagi-lagi aku memejamkan mata, dan sebelum membukanya aku berhitung terlebih dahulu,

"1..2..3..4..5.."

Dan aku mulai melihat cahaya putih yang sangat silau tepat di atasku. Kali ini aku tidak hanya membuka mata tapi juga membelalakan mata. Aku melihat Ibu dengan senang dan melihat langit lagi. Aku telah menemukan jawaban atas pertanyaan ibu,

"Di sana aku melihat Scandinavie, Bu!!!"
"Lalu di sebelahnya terdapat itik-itik yang berbaris rapih, sangat rapih, Bu!!!"
"Hey!!! di sana juga ada seorang wanita yang cantik, tapi tidak lebih cantik dari Ibu."
"Di sebelah sana ada domba-domba yang sedang digiring oleh pengembalanya, Bu!!!"

Aku sangat takjub dan kehabisan kata-kata. Semua yang aku lihat merupakan sebuah keajaiban yang terpaksa harus aku untai menjadi kata-kata untuk menjawab pertanyaan ibu. Semua keajaiban itu mengapung di sana, tepat di atasku. Dengan perasaan yang masih senang aku melihat Ibu yang masih berbaring disampingku. Dan apa yang aku lihat sekarang? Ibu menangis. Air mata membasahi pipinya dalam balutan senyum yang terbentuk di bibirnya.