What's done in the DARK will surely come to the LIGHT :)

Senin, 10 Oktober 2011

Jekardah, Macet, dan Foke

Apa sih yang terlintas di benak lo ketika mendengar kalimat “jam pulang kerja” ? Jemput pacar? Buka puasa? Atau “ini dia waktunya gue nyopet” ? Well, tapi gue rasa hampir semua orang sependapat kalo jam pulang kerja adalah jam dimana Jakarta berubah menjadi lautan kendaraan. Ya, semua jenis kendaraan yang lo tahu atau bahkan yang lo nggak tahu numplek, ngumpul, merayap dan mandek di jalan. Tentunya sebagai orang Jakarta, kita tahu dong kalo fenomena yang begitu namanya apa? Pun bagi yang bukan orang Jakarta, gue rasa juga tahu fenomena seperti itu disebut apa? Iya, MACET!

Di Ibu Kota Indonesia alias Jakarta, masalah kemacetan ini bukanlah sesuatu yang “wow, magic! Luar biasa” lagi. Everybody knows it so much damn well termasuk si Adam Levine vokalis Maroon 5 yang nulis di account Twitternya “Traffic in Jakarta is the worst, right?” ketika mereka konser di sini. Sungguh memalukan. Bahkan akibat terlalu seringnya kita bergaul dengan si macet, ucapan-ucapan seperti “biasalah, Bray, Jakarta kapan nggak macetnya sih” sering terdengar di kalangan masyarakat, anak muda pada khususnya. Keeksisan si macet bisa kita buktikan pada saat jam-jam pulang kerja sekitar jam 4 sore ke bawah.

Hampir semua orang sangat terlalu malas untuk keluar dan berkemudi saat jam pulang kerja. Coba bayangkan, dari Jakarta ke Depok yang normalnya bisa ditempuh hanya dalam waktu 1 jam, ini malah menjadi 3 jam waktu tempuh di saat jam-jam pulang kerja. Oke teman-teman, mari kita mengheningkan cipta kalo udah begitu. Mau foto-foto di dalem mobil, busway, metromini, atau kalo lo niatan dikit foto-foto di tengah jalan juga udah keabisan gaya. Mau nelpon pacar tapi nggak punya pacar *curcol dikit boleh dong ah. hehehe* dan ujung dari semua ke-mati-gaya-an saat macet adalah ngetwit! Nggak percaya? Silahkan cek timeline twitter. Isinya senada. Semua pada ngedumel macet. Dan biasanya sih, biasanya loh ya, ujung-ujungnya kalo udah emosi jadi pada nyalahin Foke. Ehem, iya Foke si Fauzi Bowo, gubernur Jakarta.

Menurut mereka yang gue baca via twitter, Foke itu nggak becus ngurus Jakarta. Foke cuma bisa bikin mall dan bukan bikin taman kota dan hal inilah yang semakin memperparah kemacetan di Jakarta. Ditambah lagi kalo musim hujan, peresapan air di Jakarta jadi sangat sedikit karena banyak bangunan dan sedikit hutan kotanya. Hemm betul banget… Setuju gan! Bagus sekali ketika anak muda calon penerus bangsa bisa berfikir mengenai nasib kota seperti itu.

Tapi gini… Pernah nggak sih kepikiran, kenapa mall di Jakarta yang notabene udah banyak malah diperbanyak lagi? Sadar nggak sih kalo selama ini kehidupan kita yang konsumtif sudah membuat kita ketergantungan sama mall? Gue nggak menyalahkan hal itu. Karena ketika gue menulis ini pun gue sedang berada di sebuah cafe yang terletak di dalam mall. It’s okay, Bray. Tapi mbok yaaa, jangan sepenuhnya total menyalahkan Foke dengan berkata, “Foke nggak becus ngurus Jakarta! Bikin mall melulu bikin macet nggak penting!” loh kan situ juga yang menikmati mall itu.

Jadi kalo macet yaa jangan salahin orang lain apalagi nyalahin mall nya.

Nah, sebagai calon penerus bangsa yang baik, alangkah indahnya kalo kita mengkritik sesuatu itu dengan cara yang baik dan nggak pake urat (ingat! Urat itu cuma milik bakso). So guys, jangan hanya menyalahkan Foke atas ketidakapikannya dalam menata kota. Tapi coba berfikir juga gimana cara mengatasi kemacetan itu. Dan jangan pernah berfikir “ah itu kan masalah gubernur Jakarta! Pikir aja sendiri! Suruh siapa mau-mau-an jadi gubernur!” hemm… wassalam deh buat orang yang cara pikirnya masih begitu.

Selamat bermacet-macet ria dan salam gawul :p

Tidak ada komentar: