What's done in the DARK will surely come to the LIGHT :)

Minggu, 11 Desember 2011

Cerpen episode: JLEB!

Sore hari di sebuah Coffee Shop di sekitar Kampus UI Depok. Gue dan temen gue yang bernama Echi duduk-duduk santai untuk sekedar minum sambil bincang-bincang, curcol, dan gosip. Ya emang udah kodrat wanita sih, we love curcol and gosip so much :p

"Dek, gue ada gosip", kata Echi sambil menaruh cangkirnya yang berisi Hazelnut Latte panas.

"hmmmm" gue mengernyitkan dahi karena coklat panas yang gue pesen masih terasa pahit. "Gosip? tentang siapa nih?" gue menambahkan lagi 1 sachet gula diet ke dalam coklat panas tersebut.

"saingan lo dalam mendapatkan cinta" katanya sambil menyeruput minumannya dan memicingkan mata ke arah gue.

Mendengar pernyataan barusan, gue langsung menaruh sendok mungil yang gue pake untuk mengaduk-ngaduk coklat panas ke tatakan cangkir. "apa?" sambil memajukan badan ke arah temen gue.

"sabar dong, Dek. Katanya nggak mau pake hati sama si B, tapi antusias banget mau denger gosip tentang cewe yang lagi deket sama B" goda temen gue yang punya hobi mencepol rambutnya. (Well kita sebut si cowok ini dengan inisial B aja ya.)

Gue memundurkan badan dan menyandarkan diri ke sofa empuk berwarna cokelat muda, "oke, so? kenapa dengan cewe itu?".

Temen gue ini emang suka banget jailin gue. Hampir setiap gue curhat, dia menanggapinya dengan kata-kata, "cieee jadi udah pake hati nih?" walaupun selalu berulang kali gue jawab, "nggak" tapi dia pun selalu membalas lagi, "nyangkal". Skak mat!
Tapi berhubung dia kenal deket (eh gak deket-deket amat sih, tapi cukup kenal) sama cewek yang lagi deket sama B, jadilah gue kecanduan cerita sama dia untuk ngorek-ngorek informasi dan malah jadi temen akrab sampe sekarang. Sesimpel itu yah persahabatan yang dimulai oleh wanita. hehehe...

"si saingan lo itu, lagi deket sama cowok lain" katanya sembari melahap brownies di atas meja kami.

"Serius? hahaha" gue memajukan lagi badan gue mendekat ke arah Echi lalu menyeruput cokelat manis hangat. Namun, tiba-tiba Echi memegang pundak gue, "Dek, yang ngenalin si B".

Gue pun bingung, entah ini positif atau negatif untuk gue. Positif karena si cewek deketnya sama cowok lain. Negatif karena si B yang ngenalin. Terus nanti pasti jadi makin deket lagi karena mereka akan tetep curhat-curhatan 1 sama lain ngomongin temennya B yang lagi dicomblangin sama si cewek. Terus biasanya kan malah yang nyomblangin yang jadian sama pihak yang dicomblangin.

"Tapi sebenernya kasian loh si saingan lo itu. Nasib cintanya menyedihkan. Yah 11-12 deh sama lo" katanya dengan mimik muka serius.

"sialan. Emang dia kenapa?" sebenernya gue nggak tertarik dengan cerita cinta si cewek itu. Bukan urusan gue juga. Ya kalo pun gosip juga jangan kejauhan lah ya, cukup yang berkaitan dengan kita aja biar gak nimbulin fitnah. Tapi oke lah, berhubung Echi bilang nasib cintanya 11-12 sama gue.

"Saingan lo itu lagi miris banget. Dia baru-baru ini kan lagi deket sama cowok dan dia udah merasa klop banget" Echi melihat mimik muka gue yang sekarang sedang mengernyitkan dahi tanda curiga, "Bukan kok neng, bukan sama si B cowok yang lo bilang "cuma temen gak pake hati" lo ituuuuh!". Ini yang bikin hubungan antara gue dan Echi makin deket karena kami saling mengerti perasaan masing-masing lewat mimik muka dan tanpa mengucapkan kata-kata.

"Tapi ini cowok malah menghilang, menjauh, dan terkesan menghindar dari saingan lo. Kayaknya sih gara-gara ini cowok tahu kalo saingan lo perokok aktif. Walaupun baru deket 2 bulan tapi perasaan si cewek ini udah dalem sama si cowok itu. Udah sayang. Karena udah ngerasa cocok dan klop banget. Yaaah nggak beda jauh kan sama cerita lo yang tiba-tiba ditinggal pergi sama si Aung! Ya, lo lebih lama sih waktunya 3 bulan." Kali ini Echi mengambil cangkir di tangan gue dan menyeruput coklat manis hangat milik gue.

"enak aja sama-samain kayak gue. Kalo gue kan ditinggal pergi bukan karena rokok. Lagian gue kan perokok PASIF, jadi jangan nyamain gitu dong." kata gue sewot dan merebut cangkirnya lagi.

Echi tertawa terbahak-bahak, "ya Ampun santai aja kali. Toh tetep aja kan ujung-ujungnya kalian galau karena ditinggal pergi di masa-masa Pen-de-kat-an."

Gue menghela nafas panjang, "Okeh terserah lo deh, Chi. Terus?"

Echi melanjutkan ceritanya sambil mencepol rambutnya terlebih dahulu, "Sampe akhirnya, di masa-masa dia galau, datenglah mantan terakhirnya dan mecoba merayu saingan lo lagi. Bodohnya, sama kayak lo sih, dia menanggapi kedatangan si mantannya lagi. Sampe akhirnya si Mantan ngajak jalan dan dia... mau. Gue harus akui, untuk scene yang ini lo lebih juara karena lo bisa nolak ajakan mantan lo buat jalan bareng. Btw, waktu itu knp lo nggak mau yah?" dahi Echi membentuk lipatan-lipatan garis horizontal. (iyalah, masa garis vertikal)

"waktu itu... gue lebih milih jalan sama B" ucap gue malu-malu dan nggak berani liat Echi.

"BAHAHAHAHAHAHAHAHAHA demi yaaah, Dek, demiiiiii dan lo tetep bilang itu nggak-pake-hati????" sumpah demi apa pun juga, gue pengen pindah meja dan sok-sok gak kenal sama Echi. Gimana nggak? Gara-gara dia tertawa lantang hampir seluruh pelanggan di Coffee Shop itu melemparkan pandangan aneh ke meja kami.

"udah dong, Chi... Ntar malah jadi pake hati beneran. Lanjut ceritanya", muka gue pun memanas. Tinggal angkat, udah mateng.

"oke.. haha.. oke.." Echi membenarkan posisi duduknya, "Sampe akhirnya nih cewek bilang kalo mungkiiiin emang si mantannya ini jodoh dia. Gimana nggak? Udah lama pergi eh sekarang balik lagi. Gitu katanya..." Echi lagi-lagi memicingkan matanya. Nampaknya dia tahu kalau gue sedang tertampar. Gue pun pernah bilang ke Echi kalo jangan-jangan mantan gue itu adalah jodoh gue dikarenakan kehadirannya kembali setelah lama hilang.

"Gimana? sama kan? ini masih 10-11 deh. Gue lanjut lagi yah... kali ini dijamin 11-12" kata Echi dengan mantapnya. "Akhirnya si saingan lo sempet deket lagi sama mantannya dan ternyataaa si mantan ini ternyata lagi deket juga sama cewek lain. Jadi, si saingan lo cuma dijadiin PELAMPIASAN sesaatnya aja ketika cewek yg lagi diincer belom ngasih good signal. Sampe sini... Gimana kabar lo, Dek? belom tewas kan gara2 serangan jantung mendadak? HAHAHAHAHAHAHA", goda Echi sambil menepuk-nepuk bahu gue.

Dengan muka cemberut dan bibir manyun, gue pun menebas tangan Echi, "Udah deh, Chi.. Gak usah diungkit. Lanjut aja ceritanya."

"Hihihi okeh maaf yaaa, Dedeeeek. Lanjut nih ya... Ehem", Echi kembali membenarkan posisi duduknya. "Akhirnya si saingan lo minta kepastian hubungan sama si mantannya. Dia bilang "kalo emang nggak yakin sama gue, yaudah lo pergi aja, gue ikhlas" good point nya dia nyuruh si mantannya pergi. Klo lo waktu sama Aung, malah si Aung yg nyuruh pergi ya?" Echi memasang muka nahan ketawa.

"Ketawa aja, Chi gak usah di tahan!" namun Echi juga nggak setega itu menertawakan nasib naas cinta gue. Echi pun hanya tersenyum dan berkata, "Kalian berdua itu mirip. Bentuk badan mirip. Karakter mirip. Cerita masa lalu juga mirip. Dan sekarang kalian malah deket sama 1 cowok yang sama yaitu B. Jangan-jangan... Si B juga mirip kelakuannya sama mantan kalian."

JLEB!

2 komentar:

@wahyusheltra ( Wy Wahyu W. Putra ) mengatakan...

Bagus cerpen n blog nya...tp ga bisa di follow ya
visit n' follow ya..
http://sheltrart.blogspot.com/
thks be 4 :)

dilaaa mengatakan...

bisa kok kan ada di pojok kiri paling atas untuk option follownya. hehe oke nanti dikunjungi ;)