dia datang dengan sangat sederhana. menyapaku juga sangat sederhana. hanya bermodalkan niat "nambah temen" kami melakukan kegiatan formalitas yg dinamakan berkenalan. dia terlihat sangat kaku awalnya, mencari topik seru untuk dibicarakan, namun jatuhnya malah terlihat basa basi. lambat laun dia mulai mencair. mulai bisa mencari celah untuk bisa berlama-lama berbincang denganku. aku pun mulai merasa nyaman berbicara dengannya. dia juga memberiku perhatian-perhatian kecil yang biasa dilakukan oleh pria untuk mengumpan mangsanya, namun itu justru terlihat lucu di mataku. biasanya aku ilfeel dengan lelaki yang melakukan hal basa-basi itu. tapi yang ini tidak. aku tertawa geli tatkala dia berkata "jangan tidur malam2 ya, gak baik buat kesehatan" atau "makan apa hari ini". dia seakan keluar dari jati dirinya yang asli lalu menampakkan sosoknya yang baru sebagai pria yang perhatian. dia tidak luwes melakukannya. dan aku bisa merasakan kecanggungannya. aku suka ketika dia harus berbasa basi seperti itu.
aku suka caranya cemburu. bayangkan saja, sosoknya yang cuek tiba-tiba saja melontarkan pertanyaan konyol yang justru membuatku tertawa dan bukan kesal. percayalah, dia bukan tipe orang yang mau disalahkan. aku pun tidak bisa menyalahkan sifatnya yang tiba-tiba menjadi sensitif ketika cemburu. dia orang yang bisa menyudutkan dirimu dari kesalahan yang tidak kamu buat. dia adalah orang yg egois. yang menyuruhmu menunggu padahal dia sendiri tidak suka menunggu. tp entah knp aku mau menunggunya.
aku suka memanggilnya aung. anak kampung. aku suka memanggilnya bawu. aku suka memanggilnya tukang sampah. aku suka mengeluh padanya. walaupun jawaban dia dari dulu tidak berkembang. aku rasa dia bukan orang yang kreatif yg pandai merangkai kata untuk memberikan ketenangan bagi pendengarnya. tapi justru aku tenang ketika dia hanya berkata "sabar" "sabar" dan "sabar" lagi.
aku suka ketika dia bertanya "kenapa?" dari setiap status twitter yang aku post. aku suka kata "gitu.." yang selalu diucapkannya di akhir kalimat ketika kita saling bertelponan. aku suka ketika dia tidak menggubris bb nya ketika dia bersamaku. aku suka ketika dia tertawa terbahak-bahak hanya karena kebodohan yang aku buat. aku suka sifat kuatirnya kepadaku ketika dia ingin merokok di dalam mobil katanya "nanti lo keasepan, kasian".
perkenalan yang sederhana, pertemanan yang sederhana, aku pun jatuh cinta padanya dengan cara yang sederhana pula. aku suka sifatnya yang selalu membuatku kesal. aku suka hal yang tidak sempurna dari dirinya. aku suka dia dari awal dia meyakinkan ku bahwa dia sosok yg care sampai dia menjadi sosok yg cuek dan angkuh. aku suka dia dari ketika keyakinannya terhadapku masih tinggi sampai akhirnya tak tersisa sedikitpun sekarang. aku suka dia dari ketika dia menyuruhku untuk menunggunya sampai sekarang ketika dia menyuruhku untuk meninggalkannya.
dear my tukang sampah aung bau, i love you. enough said.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar