aku sedang asik bermain mobil-mobilan di kamarku dengan masih mengenakan pakaian kesayanganku yang bergambar spiderman. kemudian dari arah pintu, Ibu datang menghampiriku lengkap dengan senyumnya yang hangat. Dia menjulurkan tangannya padaku dan segera saja aku meraih tangan yang berjari lentik itu. Lalu dia menggandeng tangan kecilku yang masih memegang mobil-mobilan. Sambil berjalan ke luar, dia tersenyum sangat manis dan berkata,
"kamu tahu? kita akan bermain di padang rumput yang luaaaaas sekali dengan langit sebagai atapnya dan rumput hijau sebagai lantainya"
Dia menatapku dengan senyuman mengejek. Ya, tentu saja senyum ejekan itu muncul karena Ibu tahu bahwa aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang baru saja dikatakannya. Ditambah lagi raut muka ku yang datar dan lugu ketika mendengar ucapan ibu. Tapi dia tidak membiarkanku berlama-lama dalam kondisi kebingungan.
"pokoknya kamu dapat bermain dengan bebas di sana, tanpa tembok-tembok kekar yang biasanya menjadi penghalang kalau kamu bermain di rumah."
setelah kurang lebih memakan waktu setengah jam perjalanan, Ibu dan aku sampai di padang rumput yang ternyata, wooow sangat hangat dan luas sekali. Matahari yang bersinar sore itu memantulkan warna rumput yang hijau. mmmmhhh... aku sampai harus memejamkan mata dan menarik nafas panjang untuk menikmati cuaca yang hangat lengkap dengan bau rerumputan yang segar. kemudian Ibu berjalan sambil tetap menggandeng tanganku. Saat itulah aku sadar bahwa aku sudah meninggalkan mobil-mobilanku di dalam mobil Ibu.
Setelah menemukan tempat untuk beristirahat, kami duduk di atas rumput yang bergoyang tertiup angin. Lalu Ibu berbaring di atasnya. Aku pun mengikuti Ibu berbaring di atas rumput. Ku lihat Ibu sangat menikmati awan-awan yang bergerak di atas sana, kemudian dia menatapku sambil tersenyum dan bertanya,
"apa yang kamu lihat di atas sana?"
Aku terus menatap ke langit berusaha mencari jawaban atas pertanyaan ibu. Aku hanya melihat segumpalan awan putih yang berarak dan terkadang menutupi matahari. Tapi untuk apa Ibu bertanya demikian kalau jawabannya pun sudah pasti dapat dilihatnya sendiri. Pasti jawabannya bukan hanya segumpalan awan tapi lebih daripada itu. Aku pun memejamkan mata. Berharap setelah aku membukanya kembali, ada hal lain yang dapat aku lihat di atas sana. tapi percuma, aku tetap hanya melihat segumpalan awan. Lagi-lagi aku memejamkan mata, dan sebelum membukanya aku berhitung terlebih dahulu,
"1..2..3..4..5.."
Dan aku mulai melihat cahaya putih yang sangat silau tepat di atasku. Kali ini aku tidak hanya membuka mata tapi juga membelalakan mata. Aku melihat Ibu dengan senang dan melihat langit lagi. Aku telah menemukan jawaban atas pertanyaan ibu,
"Di sana aku melihat Scandinavie, Bu!!!"
"Lalu di sebelahnya terdapat itik-itik yang berbaris rapih, sangat rapih, Bu!!!"
"Hey!!! di sana juga ada seorang wanita yang cantik, tapi tidak lebih cantik dari Ibu."
"Di sebelah sana ada domba-domba yang sedang digiring oleh pengembalanya, Bu!!!"
Aku sangat takjub dan kehabisan kata-kata. Semua yang aku lihat merupakan sebuah keajaiban yang terpaksa harus aku untai menjadi kata-kata untuk menjawab pertanyaan ibu. Semua keajaiban itu mengapung di sana, tepat di atasku. Dengan perasaan yang masih senang aku melihat Ibu yang masih berbaring disampingku. Dan apa yang aku lihat sekarang? Ibu menangis. Air mata membasahi pipinya dalam balutan senyum yang terbentuk di bibirnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar